Dalam dunia hiburan, artis seringkali menjadi sorotan publik. Salah satu nama besar yang tak hanya dikenal lewat kiprah seninya tetapi juga perjuangan pribadinya adalah Zayn Malik.
Zayn Malik, mantan anggota One Direction yang kemudian sukses sebagai penyanyi solo, adalah figur yang memiliki basis penggemar yang besar. Namun, di balik sorotan gemerlap, kehidupan pribadi Malik ternyata tidak selalu indah.
Dalam artikel ini, kita akan menggali dan mengenal penyakit mental yang diderita oleh Zayn Malik lebih dalam serta mengupas fakta-fakta penting yang dapat memberikan pemahaman lebih mendalam kepada pembaca.
Penyakit Mental Zayn Malik
1. Eating Disorder
Gangguan makan, atau yang dikenal sebagai eating disorder, merupakan kondisi serius yang melibatkan perilaku makan dengan dampak negatif pada kesehatan secara emosional, kemampuan, dan fungsi sehari-hari.
Dalam buku otobiografi yang dirilis pada tahun 2016, Zayn Malik mengakui mengalami gangguan makan. Ia mengungkapkan bahwa meskipun tidak makan sama sekali selama beberapa hari, ia merasa baik-baik saja.
"Saya belum pernah membicarakannya di depan umum sebelumnya, tetapi saya menyadari sejak pertama kali meninggalkan band (One Direction), saya menderita gangguan makan," ujar Zayn.
Zayn menyatakan bahwa dirinya pernah berhari-hari tanpa makan dan pada saat itu tidak menyadari seberapa serius masalah kesehatannya, karena belum mengetahui jenis gangguan makan yang dialaminya.
Meskipun beragama Islam, Zayn menjelaskan bahwa gangguan makan yang dialaminya tidak terkait dengan ibadah puasa, melainkan lebih berkaitan dengan kesibukannya bersama One Direction.
Setelah konsultasi dan perawatan intensif, Zayn berhasil mengatasi gangguan makan tersebut.
2. Anxiety Disorder
Gangguan kecemasan, atau anxiety disorder, adalah kondisi di mana seseorang cenderung merasa khawatir terhadap berbagai hal, bahkan dalam situasi normal.
Zayn sendiri mengungkapkan bahwa ia mengidap anxiety melalui akun Twitter pribadinya. Kondisi ini membuatnya membatalkan penampilannya di festival musik Summertime Ball di Inggris pada tahun 2016.
Dalam permintaan maafnya, Zayn mengakui bahwa saat itu ia mengalami kecemasan terparah sepanjang kariernya, yang membuatnya tidak mampu untuk melanjutkan pertunjukan tersebut.
Kedua penyakit ini, gangguan makan dan gangguan kecemasan, sering dialami oleh banyak selebritis papan atas. Mereka, termasuk Zayn Malik, seringkali memiliki tekanan dan beban pikiran yang tinggi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan munculnya gangguan mental seperti gangguan makan dan kecemasan.
Meskipun wajar mengalami rasa cemas, kecemasan berlebihan dapat berdampak negatif pada kehidupan pribadi. Itulah kondisi mental yang pernah dialami oleh Zayn Malik, dan pengalamannya dapat memberikan wawasan tentang pentingnya kesadaran terhadap kesehatan mental.
Faktor Pemicu
Industri hiburan yang kompetitif dan tuntutan publik seringkali menjadi pemicu stres dan kecemasan. Zayn Malik sebagai figur terkenal tidak luput dari tekanan ini.
Transisi dari kehidupan sebagai anggota boyband terkenal ke bintang solo membawa perubahan hidup yang signifikan, yang juga dapat menjadi faktor pemicu masalah kesehatan mental.
Dampak pada Kehidupan Pribadi dan Karir
Meskipun menghadapi tantangan kesehatan mental, Zayn Malik tetap menunjukkan dedikasi pada kariernya. Hal ini mencerminkan tekadnya untuk terus berkarya meski dalam kondisi sulit.
Penggemar Zayn Malik, dikenal dengan sebutan Zquad, memberikan dukungan yang luar biasa. Mereka tidak hanya mengapresiasi karya idola mereka tetapi juga mendukung upaya Malik untuk mengatasi masalah kesehatan mentalnya.
Zayn Malik pun mengambil langkah-langkah positif dengan menjalani terapi dan konseling untuk mengelola kondisi kesehatan mentalnya. Langkah ini penting untuk proses penyembuhan dan kesejahteraan jangka panjang.
Dengan membuka diskusi mengenai penyakit mental yang dialami Zayn Malik, kita diingatkan akan pentingnya peduli terhadap kesehatan mental, bahkan di tengah tekanan dan sorotan publik. Semoga artikel ini dapat memberikan pandangan yang lebih mendalam dan mendorong pembaca untuk lebih peduli terhadap isu-isu kesehatan mental.
Comments
Post a Comment